Pontianak — Tugas keummatan selalu menjadi denyut nadi perjuangan Muhammadiyah. Sejak awal berdirinya, organisasi ini memikul amanah besar untuk membangun peradaban di wilayah-wilayah tempatnya hadir, bukan hanya dengan mendirikan masjid atau sekolah, tetapi juga melalui perguruan tinggi sebagai pusat ilmu dan cahaya peradaban. Bahkan, pada tahun 1918, Muhammadiyah telah mengenal pembukuan zakat—bukti bahwa pengelolaan dana umat dilakukan dengan tertib dan profesional sejak awal.
Semangat itu kini dilanjutkan oleh Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU), yang mengemban misi besar sebagai salah satu pilar penggerak zakat di tanah air. Ketua Badan Pengurus Harian LAZISMU Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais, M.IR, dalam pembukaan Bimbingan Teknis Penyusunan Laporan Keuangan Menggunakan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Keuangan LAZISMU Se-Kalimantan Barat menegaskan bahwa “imajinasi besar” LAZISMU saat ini adalah membangun sistem keuangan yang terkonsolidasi di seluruh Indonesia.
“Dengan jumlah kantor LAZISMU yang cukup banyak, kita memerlukan sistem digital yang mampu menyatukan dan menyelaraskan laporan dari seluruh wilayah. SIM Keuangan ini adalah langkah strategis yang harus segera terealisasi demi transparansi dan akuntabilitas yang lebih kuat,” ujarnya.
Wakil Pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Barat sekaligus Ketua Dewan Pengawas Syariah, H. Nilawani Hamid, S.Ag., M.Ag., menyoroti tantangan geografis provinsi ini. Menurutnya, jarak tempuh antardaerah yang bisa mencapai 14 jam menyulitkan koordinasi. Ia pun menegaskan keseriusannya membentuk LAZISMU di Ketapang dan Kapuas Hulu, dua wilayah paling ujung Kalimantan Barat, agar penghimpunan dan penyaluran zakat dapat menjangkau seluruh pelosok.
Ketua LAZISMU Kalimantan Barat, Ismail Syailillah, turut menyampaikan bahwa LAZISMU wilayah kini telah memiliki gedung tiga lantai yang siap menjadi pusat aktivitas baru. “Gedung ini menjadi simbol semangat baru bagi amil dan relawan di Kalimantan Barat. Tinggal menunggu waktu untuk peresmiannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan LAZISMU Pusat, Edi Suryanto, menegaskan bahwa digitalisasi adalah tuntutan zaman sekaligus amanah persyarikatan Muhammadiyah. “Transparansi pelaporan bukan lagi sekadar pilihan. Ini adalah kebutuhan yang harus dijawab dengan sistem modern, terintegrasi, dan dapat diandalkan,” tegasnya.
Pembukaan Bimtek ini menjadi momen penting untuk memperkuat komitmen bersama menjadikan zakat sebagai instrumen keadilan sosial dan membangun peradaban berkemajuan melalui pengelolaan yang profesional, transparan, dan terukur.